Pages

Minggu, 24 Januari 2016

Belajar Bahagia dari Orang Baduy Dalam

Bajunya boleh cuma warna putih dengan model seadanya, kakinya tak beralas, tasnya hanya menyandang sedikit barang. Penampilannya sederhana sekali, bahkan berbeda dari peradaban sekarang. Tapi mulutnya tak berhenti tersenyum, guyonannya seperti tak berseri.

Itu dia anggapan saya untuk suku Baduy dalam, ditengah modernisasi suku Baduy dalam terus menjunjung tinggi adat istiadatnya tanpa rasa minder dan justru bangga.  

Saya berkesempatan untuk mengunjungi Baduy dalam di tanggal 23-24 Januari 2016. Saya mengambil open trip Travellova, namun sebelumnya sudah janjian pula dengan seorang suku Baduy dalam, kenalan teman saya bernama Asmin untuk bertemu di Ciboleger. 

Sebenarnya tujuan kedatangan saya paling utama adalah panen duren #sesuatusekaliya. Tugas mulia yang saya emban bagi para pecinta duren di keluarga saya. Saya bahkan membawa dua tupperware yang berujung kosong, karenan musim duren hampir berakhir di Baduy. Namun begitu saya dapat hal yang lebih berharga dari duren, yakni persahabatan dan wawasan. 

Saat di malam saya dan teman-teman (Betty, Stevia, Yesu, Johan, Andre) menginap di rumah Asmin, kami diajak oleh tour leader, Kang Agung untuk mengunjungi Jaro atau pelaksana adat dari Baduy dalam.

Kunjungan ini membuka dialog interaktif antara kami pendatang, dan suku Baduy dalam. Alhasil dari perbincangan tersebut, saya belajar banyak hal, terutama bagaimana orang Baduy dalam tetap dapat bahagia di tengah kesederhanan dan adat mereka. 

Ikutan bahagia sama Aldi, Juli, Asmin 1, dan Asmin 2


Saya bagi dalam beberapa bagian, agar lebih mudah dibaca ya: 

1. Materi atau Kekayaan
"Jaro, sebagai orang Jakarta, kami semua mengejar kekayaan, apakah disini tidak ada rasa ingin memperkaya diri?" 

"Tentu ada", ujar Jaro disambut suku Baduy dalam lainnya. Mereka menjelaskan kalau mereka juga mengejar kekayaan materi alias uang untuk lauk pauk, pesta pernikahan, dan membuat rumah. 

Untuk informasi, lauk pauk paling mewah bagi orang Baduy dalam adalah ikan asin peda, emas kawin Baduy dalam hanya cincin baja putih, dan rumah mereka hanya terbuat anyaman bambu dengan atap daun sagu. Coba kita pikir lagi, materi apa yang sekarang kita kejar?

2. Politik
"Jaro kenapa Baduy dalam memilih untuk golput?"

Prinsip orang baduy adalah mendukung siapapun yang menang, karena menurut mereka politik itu riweuh. "Daripada mengharapkan satu orang untuk menang, kemudian tak menang dan hasilnya sakit hati," ujar Jaro. 

Dari sudut pandang saya, masuknya politik dapat memecah belah penduduk desa jadi kelompok partai pendukung, belum lagi kampanye kotor yang akan masuk. Leluhur Baduy dalam nampaknya sangat cerdas dan berpikir jauh ke depan dalam membuat peraturan. 

3. Jodoh
"Bagaimana cara menikah di Baduy dalam?"

Baduy dalam hanya mengenal monogami dan tak boleh ada perceraian, kecuali karena maut. Mereka menikah dari perjodohan. Bisa dari usia 5 tahun atau bisa juga dari dalam kandungan. Namun perjodohan tak bersifat memaksa, orang tua akan bertanya dahulu pada anak maukah dijodohkan, jika sudah jawab mau, tak ada kata batal. Jatuh cinta di suku Baduy dalam ada, tapi hanya sedikit.

Proses lamarannya ada tiga tahap dan dilakukan dalam satu tahun. Tahap 1-3 tersebut meliputi masing-masing pasangan yang di tes bekerja di ladang oleh orang tua atau calon mertua. Prosesi pernikahan berlangsung tiga hari-tiga malam. "Kalau pesta kawin bisa potong 200 ayam, itu uangnya buat beli itu (menjawab pertanyaan saya no. 1)" kata Asmin sambil bercanda. 

Setidaknya para jomblowan dan jomblowati di Baduy dalam lebih tenang daripada di Ibukota.

4. Agama
"Jaro, pernakahah ada pemuka agama yang mencoba mengenalkan agamanya disini?"

"Sering sekali, dari dahulu selalu ada",tutur Jaro. Baduy dalam memiliki kepercayaan Sunda Wiwitan, dimana mereka percaya Tuhan cuma satu yakni Gusti Allah, namun mereka menyembah nenek moyang mereka yang percaya, Nabi Adam. "Semua agama sama saja mengajarkan kebaikan, yang penting mah urangnya," celetuk salah satu suku Baduy dalam.

Jadi saya rasa banyak orang yang kenal peradaban tak lebih beradab dari orang Baduy dalam.

5. Soal pengunjung yang membludak di Baduy dalam
"Jaro, begitu banyak pengunjung bisa sampai ratusan, apakah tak keberatan?"

"Tidak apa-apa kita memang harus membangun persaudaraan" kemudian Jaro ingatkan bagi pengunjung untuk ingat tiga aturan utama bagi pengunjung, pertama jangan memotret, kedua jangan berbuat asusila, dan jangan mencemari air dengan bahan kimia,"  

Kesimpulan akhir, Baduy dalam mengingatkan saya kalau kebutuhan manusia pada dasarnya hanya sandang, pangan, dan papan. Soal jodoh tak perlu khawatir, dan tempatkan diri pada posisi terbaik untuk kedamaian. Bangga dan bersyukur dengan apa yang ada. Saya sangat merekomendasikan semuanya untuk berkunjung dan mengenal suku Baduy lebih dalam lagi :)


0 komentar:

Posting Komentar