Pages

Minggu, 15 Juni 2014

Diantar Matarmaja (Malang Part I)

Alkisah ini cerita jaman dahulu kala yang sudah lama sekali, tetapi baru sempat ditulis sekarang karena sang penulis sibuk memikirkan hal yang menyibukannya. Ini adalah perjalanan 5 anak manusia yang lebih mirip sama teletubies di Malang, Jawa Timur. Ayook reek dibacaak...

November 2013.

Disaat semua teman gue hectic dan stress skripsi. Gue memutuskan 'tuk pergi ke timur Jawa mencari kitab cinta. #iuuhhh. Cinta Indonesia maksudnya, sekalian ngeceng anak-anak Malang ya gapapa ya. Gue juga lagi skripsi saat itu. Tapi kita harus tentukan prioritas bukan? dan pergi ke Bromo adalah prioritas gue di bulan itu. hahaha. Bukannya apa men, hampir 5 bulan gue berkelut dengan dunia magang, lanjut laporan magang, masih ada 3 kelas, dan mengerjakan skripsi dalam 1 semester. Gak ada yang salah kalau gue rehat seminggu aja kan ya? selama dosen pembimbing gue tak tahu gue pergi main. Hihihhi.

Jadi pergilah gue bersama teman-teman seperguruan gue dari Radio Untar. 4 orang itu bernama TinkyWingky, Dipsy, Lala, Po.  Ruru, Dew-Dew, Yos, Chandra. Konsep pergi kali ini adalah backpaker. Walau sampai sana backpaker hanyalah angan semata. Perjalanan dimulai dari Stasiun Kereta Api Senen Jakarta. Gue dkk putuskan untuk naik kereta ekonomi AC, karena katanya kereta ekonomi sekarang udah keren. ga kayak dulu lagi yang bisa segerbong sama kambing. Tapi bukannya bagus ya kalau segerbong sama kambing? Kalau lapar kita tinggal sate kambing itu. Kalau kedinginan kita bisa hangatkan tubuh dengan kulit kambing, kalau sakit perut pengen BAB, kita bisa salahin kambing itu "Kambing! kamu tuh kok BAB sembarangan sih! Jorok banget kamu"


                                 

Perjalanan ke Malang pakai KA Ekonomi AC Matarmaja, Jakarta- Malang menempuh perjalanan 17 jam! agak ekstrem sebenarnya buat gue yang baru pertama kali naik kereta untuk bepergian. Saat di stasiun Senen, kita melihat pemuda-pemuda lain yang udah kelihatan bgt preapare buat naik gunung Semeru. Sedangkan gue kelihatan bgt anak pantai yg ga bisa move on. Mereka bawa carrier gunung yang tingginya super tinggi (sampai gue curiga dia bawa kulkas didalamnya) sedangkan gue pakai baju barong dan sandal jepit XD. sungguh seperti langit dan bumi. Setidaknya gue bangga, teman gue Chandra bawa carrier hasil pinjaman temannya, yg entah kenapa carrier itu kempes, karena barangnya terlalu dikit. Yang paling absurd di carrier itu ada sekop kecil. Gue ngerti sekop digunakan untuk boker saat lu naik gunung. Tapi kalau perjalanan city tour kayak gue dkk, apa yg chandra lakukan dengan sekop itu? Menanam bunga? Atau nyemen tembokkah?

Lagi dan lagi Yos telat. ada yang pernah nonton film 5 cm ketika si Saykojinya telat di Stasiun. Yak! hal ini berlaku sama gue dkk, dan itu bukan hal yg keren kayak di adegan 5 cm. Tapi membuat jantung copot. Ternyata kereta itu kalau dia bilang dia berangkat jam 2 sore. Ya jam 02.00 dia berangkat ga kayak pesawat yg nama lu disebut-sebut suruh masuk pesawat. Si Yos bahkan ditelpon bilang, tinggalin aja gue. Gue naik kereta selanjutnya. Bukannya sedih atau iba. Kita berang men! ngapain dia bisa terlambat di saat penting begini. Akhirnya terjadilah adegan lari-lari Yos dan Chandra mengejar kereta yg uda mulai berjalan. fiuuh #lapkeringatdiketek

Pertama gue masuk ke KA nya, bagus kok. seriusan. bersih dan dingin. Walau ACnya agak anti mainstream. AC nya bukanlah AC kayak di bus atau di pesawat. yg dipakai adalah AC rumah men! seriusan AC rumah yg warnanya putih yang ada remotenya itu. Tapi entah dimana remotenya disembunyikan, jadi kalau malam dinginya mencekam abis. Toiltetnya dalam bayangan gue adalah yang joroknya super, tapi ternyata toiletnya bersih! malah toilet ekonomi ac mirip sama toilet KA eksekutif yg belakangan gue naikim. Yang paling yahut adalah kursinya. Kursinya hadap-hadapan ber-empat dan tegaknya 90 derajat. Jadi kalo yg ga siap naik KA ekonomi AC lebih baik anda bawa tukang refleksi saat bepergian. hahahaa.

gerbong KA AC
                          

Naik ekonomi AC ternyata seru banget. Banyak pengalaman yg gue ga dapat pada saat naik kereta Eksekutif. Gue mengalami moment-moment sederhana dan absurd yang menjadi seninya perjalanan. (Karena travelling itu bukan pada tujuannya, tapi pada perjalanannya). Jadi pas di kereta Matarmaja itu teman sebangku gue, Ruru, dan Dew adalah seorang Bapak yang uda separo baya. Dia asli orang Malang. Tapi kadang dipanggil kerja untuk benarin spare part bus di Jakarta. Dia punya 3 anak, dan berapa cucu gituuh. Trus dia cerita, kalau saat dia pulang ke Malang dia banyak banget ketemu orang dengan latar belakang yang aneh. Dia pernah ketemu sama 3 saudara, yang minggat dari rumahnya di Jakarta ke Malang. Anak yang paling tua, duduk di bangku SMA. Mereka bilang alasannya minggat karena ortunya kebanyakan kerja ga merhatiin mereka :''( Ke Malang ya ngasal aja, karena mereka ga punya sanak saudara. Karena iba, si bapak bawa 3 orang anak itu ke rumahnya. dirawatlah anak itu, dan si anak itu ga mau kasih tau no telpon atau alamat rumahnya. Usut punya usut itu anak bawa duit segepok (banyaklah intinya) Jadilah si bapak ini tour guide dadakan anak-anak ini. Akhirnya 2 minggu ke depan adik yg paling kecil sakit (sakitnya kayak kangen orang tua) dan si Bapak maksa mereka untuk pulang, karena kasian adiknya, dan mereka juga harus sekolah.

Pernah juga Bapaknya bawa 1 orang ibu dan anaknya yang masih kecil pulang ke rumahnya. Sampai keluarga si bapak bilang "siapa lagi yang bapak bawa pulang?". si Ibu dan si anak itu adalah korban kekerasan (KDRT). Kebetulan duduknya, lagi-lagi hadap-hadapan sama si Bapak itu. si Bapak bingung kenapa mereka penuh luka. anakna yang balita, tubuhnya banyak bekas sundutan rokok. Lalu berceritalah ibu itu kalau dia kabur dari suaminya ke Malang untuk cari saudaranya, yang dia cuma tahu nama kampungnya. Duit si ibu  habis beli tiket, cuma sisa 5000 rupiah. Karena iba, si bapak bawa pulang ke rumahnya. dan disana si Ibu dan si anak itu baru dianter anak Bapak untuk cari saudaranya di ampung itu. 1 minggu kemudian si Ibu bersama saudaranya kerumah bapak itu untuk kasih hasil bumi (sayuran,umbi,dll) untuk ucapan terimakasih. 

Si bapak juga cerita tentang ketidak-setujuan dia dengan kebiasaan orang-orang Malang yang fanatik sama klub sepakbolanya. dia bilang "ngabisin uang dapur". Hahahaha. karena ternyata orang Malang cinta banget sama Persema. Mau laki atau perempuan, tua atau muda. bahkan nenek-nenek daerah Srumahnya pun kalau Persema tanding, mereka harus kudu nonton di stadion. Gue bahkan baru tahu ada sebutan khusus untuk fans laki dan perempuan Persema. Si bapak ini begitu sederhana dan low profile. Gue, dkk tawarin biskuit-biskuitan dia ga pernah mau. satu-satunya makanan yg gue tawarin, dan dia mau adalah permen vitamin C. Dan ternyata kepulangan bapak kali ini ke Malang juga istimewa. Karena seorang anaknya baru melahirkan, jadi dia punya cucu baru deh. Dia pulang mau langsung ke rumah sakit untuk nengok anak dan cucunya. dan dia ngebayangin pas di stasiun cucu-cucu lain udah mengunggu dengan ramainya. Karena rumahnya si Bapak ini letaknya dekat Stasiun Kota Baru Malang. Ngak lupa pas turun dia jelasin lagi rute yang harus gue dkk ambil untuk ke Bromo. Dia ganti baju koko dulu sebelum turun dan kita salaman perpisahan.

Pernah ga kepikir masa tua kalian akan seperti apa? abis ketemu bapak itu gue jadi ngebayangin, mungkin suatu saat gue yang akan ketemu orang saat travelling dan cerita pengalaman-pengalaman seru.

lalu ibu-ibu sebelah gue nanya abis bapaknya turun "Dek, nga kamu tanya nama Bapaknya?" Bando! ya ampyun! gue lupa. hahahaa.

Selain ketemu Bapak tadi yang berkesan saat naik kereta Ekonomi AC adalah para penjualnya! Gokil men, setelah gue perhatikan semua barang di jual sama pedangang asongan di kereta. dengan penyebutan yg ear catching. Misal tukang nasi goreng ada nadanya gitu na....SI! go...RENG! atau tukang teh kotak yang cara jualannya nyebut tehkotaktehkotak dengan supercepat. Masker, peniti, gunting kuku, keong goreng, pecel, bakpia, kipas, semua dijual! yang paling absurd adalah saat jam 2 atau 3 malam akhirnya gue bisa tidur setelah pasrah sama posisi kursi yg sangat tegak, tiba-tiba gue dibangunin sama ibu-ibu penjual asongan "De, de uda sampai Solo de. De, de. uda di stasun Solo". Gue lansung bangun dong, gila cepet banget uda sampai! pas gue lihat palangnya Stasiun Solo Balapan. Mau nangis rasanya ya ampyuun. Uda tidurnya susah, dibangunin, dan alhasil gue makan biskuit regal sambil nyariin susu anget. Gue bingung, emang muka gue kayak orang Solo kah? T_T. Ibu kenapa kau bangunkan aku.
Ada juga tukang masker muka yang cara jualannya lempar masker yang banyak ke paha penumpangnya. Kalau tertarik mau beli baru bayar. Di jakarta jg ada yang cara jualannya begini. Tapi yang di lempar biasanya 1 buah. Nah ini, pas gue itung yang di lempar 11 masker sama dia ke paha gue. Doi kira paha gue keranjang masker kali ya? hahaa. Trus gue bilang ke Ruru " Gu bingung deh ka ru. Orang sini kok jualannya begini ya?, ga takut dicolong apa". Trus Ruru bilang " Kayaknya cuma orang Jakarta yang mikir kayak lu sil. Jakarta keras ya". Dan setelah hampir seminggu gue di Malang, Jakarta memang keras teman-teman sekalian!
Yang paling indah saat naik kereta Ekonomi AC adalah saat lu butuh sesuatu barang itu ada. Misalhnya pas transit di stasiun Tugu Jogja, tiba-tiba gue mau makan gudeg. dan secara ajaib tiba-tiba ada suara ibu-ibu "Gudeg! Gudeg!" lansung ngibrit gue lari nyari sumber suara itu. dan berhasil makan gudeg pake nasi anget, dan pake sambel yang tumben pedes abis. Indahnyaaaaa naik kereta Ekonomi AC...